Sabtu, 09 Mei 2015

Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Peilaku Remaja | Teknik Mesin | Universitas Jember

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang telah diakui oleh pemerintah sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan dalam penggunaan dan pengucapannya sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).
Sebagai bangsa Indonesia yang menghargai budayanya, maka kita memang sudah seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam kehidupan kita. Tentunya bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, banyak terjadi pergeseran pengucapan serta penulisan terhadap bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Hal itu terutama terjadi dikalangan anak remaja yang saat ini semakin kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti misalnya adanya penyingkatan kata, penambahan huruf terhadap kata yang sudah baku, pengurangan huruf, serta penggunaan angka dalam penulisan kata.
Pergesaran penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia ini disebabkan oleh munculnya bahasa baru dikalangan remaja yang membuat mereka lebih percaya diri ketika mereka menggunakan bahasa baru yang mereka sebut sebagai bahasa gaul.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan yang disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dalam konteks masa kini, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Remaja saat ini lebih cenderung menggunakan bahasa gaul yang tentunya mengikis kebakuan yang dimiliki bahasa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya bahasa gaul dikalangan remaja, bisa jadi generasi selanjutnya tidak lagi bisa mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan EYD.
Bahasa gaul tersebut merupakan suatu pertanda bahwa perkembangan bahasa Indonesia dikalangan remaja  sangatlah buruk, karena bahasa gaul juga tidak bisa dikatakan sebagai bahasa yang baku dan tidak sesuai dengan EYD.
Jika hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi generasi muda dimasa mendatang. Generasi muda nanti akan menjadi generasi yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh bahasa gaul terhadap perilaku remaja.

1.2         Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja?
2.      Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja?

1.3         Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan bagaimana penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.
2.      Mendeskripsikan bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja.
1.3.2   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
a)    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang pengaruh bahasa gaul terhadap perilaku remaja
b)    Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
a)    Manfaat bagi penulis
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap remaja.
b)   Manfaat bagi tenaga pendidik
Sebagai referensi untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia, khususnya dosen di Universitas Jember.
c)    Manfaat bagi pembaca
Untuk merangsang para pembaca agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1         Kajian Pustaka
2.1.1   Maraknya Penggunaan Bahasa Indonesia yang Tidak Baku Dikalangan Remaja
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
2.1.2    Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
2.1.3   Yang Menyebabkan Punahnya Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan datang.

2.1.4   Beberapa  Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
Segala sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu pula dengan bahasa gaul yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap penggunanya dan orang lain.
a.            Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b.      Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
2.1.5   Langkah-langkah Penanggulangan :
a)      Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
b)      Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya
c)      Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Baik film layar lebar maupun sinetron. Dengan penggunaan Bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan Bahasa Indonesia seperti para idola mereka.
d)     Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar.
e)         Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan jalur media masssa dan jalur kepemimpinan.
2.1.6   Kesimpulan
1)        Banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adalah akibat dari perkembangan zamanyang kian mengalami kamajuan baik dari dunia pendidikan sampai teknologi.
2)        Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.
3)        Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.

2.2         Landasan Teori
2.2.1   Asal-usul Bahasa
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi.Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial .Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagi lokasi dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang memudahkan komunikasi noverbal. Konon, hewan primata (kera, monyet, gorila dan sejenisnya) berevolusi sejak kira-kira 70 juta tahun lalu, dimulai dengan hewan mirip tikus kecil yang hidup sejaman dengan dinosaurus.
Dulu, nenek moyang kita yang juga disebut Cro Magnon ini tinggal di gua-gua. Mereka mempunyai sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih tegap, mungkin karena hidup mereka peuh semangat dan makan makanan yang lebih sehat. Mereka adalah pemburu dan pengumpul makanan yang berhasil. Ketika mereka belum mapu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi dengan gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, cadas dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol dan Perancis Selatan. Mereka menggambarkan bison, rusa kutub dan mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama yang dikenal manusia untuk merekan informasi.
Dalam tahap perkembangan berikutnya, antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.Ini mungkin karena mereka punya struktur tengkorak, lidah dan kotak suara yang mirip dengan yang kita miliki sekarang. Kelebihan homo sapiens dari makhluk sebelumnya adalah kemampuan mereka untuk mengembangkan salah satu jenis tanda yang disebut dengan simbol atau lambang. Sedangkan makhluk hidup sebelumnya lebih mengandalkan ikon, sinyal atau indeks dalam komunikasi mereka.Kemampuan berbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan cara yang keras dan cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan.
Sekitar 10.000 tahun Sebelum Makanan mereka menemukan cara-cara bertani demi kelangsunagn hidup mereka. Pendek kata, homo sapiens semakin makmur dari abad ke abad, karena mereka memiliki banyak pengetahuan untuk bertahan hidup dan mengembangan budaya mereka, yang kemudian mereka wariskan kepada generasi berikutnya. Mereka tidak hanya menggarap tanah dan beternak tetapi juga mengembangkan teknologi termasuk penggunaan logam, anyaman.Roda, kereta dan barang tembikar.Mereka juga punya waktu untuk bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi.Namun mereka belum dapat menulis.Sementara itu, bahasa pun semakin beraneka ragam.Cara bicara baru berkembang ketika orang-orang menyebar ke kawasan-kawasan baru tempat mereka menemukan dan mengatasi problem-problem baru.Bahasa-bahasa lama pun terus berevolusi dari generasi ke generasi.
Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi paling dini dilakukan bangsa Sumeria dan bagsa Mesir kuno, lalu juga bangsa Maya dan bangsa Cina yang mengembangkan sistem tulisan mereka secara independen. Tahun 2000 Sebelum Masehi, papirus digunakan secara luas di Mesir untuk menyampaikan pesan tertulis dan merekam informasi. Penyebaran sistem tulisan itu akhirnya sampai juga ke Yunani.Bangsa Yunanilah yabg kemudian menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira-kira 500 Sebelum Masehi, mereka telah menggunakan alfabet ini secara luas. Akhirnya alfabet Yunani itu diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu disempurnakan lagi.Sistem tulisan dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga kini.Kita pun memasuki era pada abad ke 15, yang beberapa abad kemudian disusul oleh era radio, era televisi dan kini era komputer.Kesemuanya merekam hasil peradaban manusia untuk disempurnakan lagi oleh generasi-generasi mendatang lewat kemampuan mereka dalam berbahasa.

2.2.2   Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Telah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abritrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abritrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
a)    Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
b)   Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
c)    Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d)   Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta.Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
e)    Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa.Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

2.2.3   Asal-usul Bahasa Gaul
Sejumlah kata atau istilah mempunya arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu, bahasa Subkultur ini disebut bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot.
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istila-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakn obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lam istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Akar dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Kata prokem sendiri merupakan “bahasa gaul preman”. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distrubusi fonem,  penambahan awalan, sisipan, atau akhiran.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mererka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Artinya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidal lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya coba deh Tanya bokap atau nyokap kita, tahu engga mereka dengan istilah moakal,mokat, atau bokin. Kalau mereka engga mengerti artinya berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan dengan preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering mendengar istilah “bencong” untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya hampir beramaan deh dngan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang  belakangan ini sering enggak beraturan alias engga ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang engga lucu, kita bias menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebut jasjus.Untuk sesuatu yang engga oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bias dibilang kosa kata baru.

2.2.4   Pengertian Bahasa Gaul
Menurut Wikipedia bebas-hasil dari penelusuran situs google mengatakan bahwa bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- menjadi bokap.Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa. Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Bahasa prokem ini mengalami pergerseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (contohnya, kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama “Kamus Bahasa Gaul” pada tahun 1999.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang, seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dsb.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkngan  social bahkan dalam media-media popular seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja popular.
Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat. Perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa sunda.

2.2.5   Ciri-ciri Bahasa Gaul
Berikut ini beberapa ciri dari bahasa  gaul :
1)      Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong, cantik →kece, dia → doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu → nyokap, cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.
2)      Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja → aja, sama → ama, memang → emang, dll.
3)      Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung, hujan → ujan, hilang → ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat → liat, pahit → pait, tahun → taon, bohong → boong, dll.
4)      Penggantian huruf "a" dengan "e": benar → bener, cepat → cepet, teman→ temen, cakap → cakep, sebal → sebel, senang → seneng, putar → puter, seram →serem.
5)      Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e": kalau → kalo, sampai → sampe, satai → sate, gulai → gule, capai → cape, kerbau → kebo, pakai → pake, mau (bukan diftong) → mo, dll.
6)      Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang: terima kasih → makasi/trims, bagaimana → gimana, begini → gini, begitu → gitu, ini → nih, itu → tuh.

2.2.6   Contoh Bahasa Gaul
Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
a)         Deh/ dah (Bagaimana kalau ...)
Coba dulu deh.(tidak menggunakan intonasi pertanyaan) - Bagaimana kalau dicoba dulu?
b)   Dong (Tentu saja ...)
Sudah pasti dong. – Sudah pasti / Tentu saja.
Mau yang itu dong – Tentu saja saya mau yang itu.
c)    Eh (Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua…)
Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa?
Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini sebentar.
Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar, Bung.
d)   Kan (Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta pendapat/penyetujuan orang lain (pertanyaan)…)
Bagus kan? - Bagus bukan?
Kan kamu yang bilang? -Bukankah kamu yang bilang demikian?
Dia kan sebenarnya baik. -Dia sebenarnya orang baik,bukan?
e)    Kok (Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'…)
Kok kamu terlambat? – Kenapa kamu terlambat?
f)    Lho/Loh (Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi…)
Lho, kok kamu terlambat? -Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)
Loh, apa-apaan ini! – Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan ekspresi terkejut/marah).
g)   Nih (Kependekan dari 'ini'…)
Nih balon yang kamu minta. -Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu minta.
Nih, saya sudah selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.
h)   Sih (Karena ...)
Dia serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi mencemooh)
Kamu sih datangnya terlambat .- Karena kamu datangterlambat. (dengan ekspresi menyesal)
i)     Tuh/ tu (Kependekan dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek…)
Lihat tuh hasil dari perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.
Tuh orang yang tadi menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.
j)     Yah(Selalu menyatakan kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri….)
Yah, Indonesia kalah lagi -Indonesia kalah lagi (dengan ekspresi kecewa)
Bahasa gaul  dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis lagi, ada yang disebut bahasa gaul kaum selebritis, kaum gay dan lesbian atau kaum waria. Bahasa ini digunakan untuk memproteksi kelompok mereka dari komunitas lain. Sehingga komunikasi yang mereka lakukan, hanya kelompok mereka saja yang mengerti.
1)      Bahasa kaum selebritis
Perhatikan kata-kata yang sering digunakan oleh kalangan selebritis dalam bahasa gaul yaitu:
  • Baronang                     = baru
  • Cinewinek       = cewek
  • Pinergini                      =  pergi
  • Ninon tinon     = nonton
2)      Bahasa gay dan bahasa waria
Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay    (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Sekelompok mahasiswa saya dari Fikom Unpad, berdasarkan penelitian mereka atas kaum gay di Bandung menemukan sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya adalah:
§  Cinakinep = Cakep
§  Duta         = Uang
§  Kemek      = Makan
§  Linak        = Laki-laki
§  Maharani  = Mahal
§  Jinelinek   = Jelek
3)      Bahasa kaum waria
Bahasa adalah sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuah komunitas banci (waria), seperti yang diperoleh sekelompok mahasiswa berdasarkan wawancara dengan seorang waria.
  • Akika/ike  = aku
  • Bis kota    = besar
  • Cakra       = ganteng
  • Cucux      = cakep/keren
  • Diana       = dia
  • Inang       = Iya

2.2.7   Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja juga terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
2.2.8   Perilaku Remaja
Merujuk pada tulisan Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai karakteristik perilaku dan pribadi masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja Awal
(11-13 Th s.d.14-15 Th)
Remaja Akhir
(14-16 Th.s.d.18-20 Th)
Fisik
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat.
Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa.
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian –bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki.
Siap berfungsinya organ – organ reproduktif seperti pada orang dewasa.
Psikomotor
Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
Gerak gerik mulai mantap.
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang
menunjang kepada persiapan kerja.
Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik.
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis,
religius.
Perilaku Kognitif
Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif
terbatas.
Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif.
Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat
(usia 50-60) menjadi deklinasi.
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya
Perilaku Sosial
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat).
Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas
yang tinggi.
Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.
Moralitas
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.
Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya.
Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan nya mana yang harus dirundingkan
dengan orang tuanya.
Perilaku Keagamaan
Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
Eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup
Mulai menemukan pegangan hidup
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri)
mulai menunjukkan arah kecenderungannya
Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya.
Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikanlanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya.
Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan
identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa.

2.2.9   Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
a)    Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b)   Dampak Negatif
1)   Segi ekonomi
Bahasa gaul ditawarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat modern yang mempunyai ciri agar gaya hidup meningkat, akan tetapi bagi kelompok sosial yang mudah dibentuk oleh pasar akan terjadi kontraksi antara nilai tradisional dan masyarakat modern. Sehingga menggiring kaum muda untuk tidak hemat pada pola hidup yang sederhana. Apabila sikap ini bila dipupuk akan menimbulkan masalah sosial besar. Bagi yang mengkonsumsi bahasa gaul maka mempengaruhi pola hidup yang serba gemerlap. Bila remaja yang tingkat sosialnya rendah bisa jadi timbul rasa prustasi, secara psikologis menimbulkan akibat yang buruk karena bahasa gaul sering digunakan para remaja modern yang tingkat sosialnya tinggi.
Dengan adanya bahasa gaul akan mempengaruhi perilaku remaja, untuk itu remaja dididik untuk mengkonsumsi barang-barang tertentu sebagai indikator bahwa mereka adalah bagian dari remaja gaul tadi, remaja berkeinginan untuk memiliki barang-barang yang baru sedangkan yang alama dianggap sudah ketinggala jaman dan remaja merasa rendah apabila bertemu atau berkomunikasi dengan teman-temannya karena bahasa atau barang-barangnya tidak gaul.
2)   Segi norma susila
Salah satu gejala negatif bahasa gaul mempunyai dampak pada prilaku yang tidak baik bila digunakan pada orang yang lebih tua (orang tua). Untuk itu bahasa gaul kurang baik karena keluar dari tatanan norma sopan santun.
3)   Segi norma agama
Karena ingin disebut tren sehingga sering kali membuat orang lepas dari etika moral bahkan lepas dari nilai agama, sehingga bila sering menggunakan bahasa gaul maka akan terpengaruh dengan berpakaian gaul (ketat, transparan atau buka-bukaan) padahal memperlihatkan aurot dalam agama kita dianggap primitif, bahkan berpengaruh pada pacaran yang sama-sama gaul (kelompok konsumsi bahasa gaul). Bahkan akan lebih gawat apabila mengarah pada hubungan sek diluar nikah karena sudah saling menyenangi/kecocokan dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa gaul.
Dengan adanya majalah-majalah, telebisi, serta musik yang merupakan media informasi yang sehari-hari dapat diperoleh oleh para remaja akan cepat tersebarnya bahasa gaul, apalagi dalam media ini ditampilkan tokoh-tokoh yang terkenal yang menjadi idola para remaja tersebut.
4)   Segi budaya
Bahasa gaul memang menambah kasanah budaya bangsa kita, akan tetapi apabila bahasa tersebut kurang terkontrol maka akan mengakibatkan penambahan budaya yang norak, kebarat-baratan, imitasi yang menimbulkan modernisasi yang tidak benar.

2.3         Kerangka Berpikir
Asal-usul Bahasa
Pengertian Bahasa
Bahasa Gaul
Remaja
Dampak Positif dan Negatif
 










BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1         Jenis Penelitian
Penelitian tentang  Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja ini berkaitan dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan oleh karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
3.2         Subjek Penelitian
Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut meliputi pola bentuk morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah anak-anak remaja di kota Jember ketika berdialog.
3.3         Data Penelitian dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan dalam berkomunikasi antar satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi.
3.4         Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai teknik utama. Observasi dilakukan dengan cara mendengar-mencatat, yaitu peneliti mencatat data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya, (3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan bicaranya.
Melalui teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan.

3.5         Teknik Analisis Data
Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan dua macam analisis data, yaitu sebagai berikut:
1)        Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam pada kalangan remaja. Pemakaian bahasa gaul tersebut meliputi :
·      Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
2)        Pengklasifikasian karakteristik perilaku remaja, yang meliputi :
·         Fisik
·         Psikomotor
·         Bahasa
·         Perilaku Kognitif
·         Perilaku Sosial
·         Moralitas
·         Perilaku Keagamaan
·         Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian

















                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ponco. 2013. Modul Ilmu Komunikasi. Jakarta: FEUNJ.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem_Indonesia, diakses pada tanggal 11 April 2015.
http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/, diakses pada tanggal 11 April 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar