BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang telah diakui oleh
pemerintah sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan
dalam penggunaan dan pengucapannya sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan
(EYD).
Sebagai
bangsa Indonesia yang menghargai budayanya, maka kita memang sudah seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam kehidupan kita. Tentunya bahasa
Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Namun
seiring dengan berkembangnya zaman, banyak terjadi pergeseran pengucapan serta
penulisan terhadap bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Hal itu terutama
terjadi dikalangan anak remaja yang saat ini semakin kesulitan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti misalnya adanya penyingkatan kata,
penambahan huruf terhadap kata yang sudah baku, pengurangan huruf, serta
penggunaan angka dalam penulisan kata.
Pergesaran
penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia ini disebabkan oleh munculnya bahasa
baru dikalangan remaja yang membuat mereka lebih percaya diri ketika mereka
menggunakan bahasa baru yang mereka sebut sebagai bahasa gaul.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir
tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak
jalanan yang disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli
terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Nasional, bahasa
persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dalam konteks masa
kini, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama
digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Remaja saat
ini lebih cenderung menggunakan bahasa gaul yang tentunya mengikis kebakuan
yang dimiliki bahasa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya bahasa gaul
dikalangan remaja, bisa jadi generasi selanjutnya tidak lagi bisa mengenal dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan EYD.
Bahasa gaul
tersebut merupakan suatu pertanda bahwa perkembangan bahasa Indonesia dikalangan
remaja sangatlah buruk, karena bahasa gaul juga tidak bisa dikatakan
sebagai bahasa yang baku dan tidak sesuai dengan EYD.
Jika hal ini
terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi generasi muda dimasa mendatang.
Generasi muda nanti akan menjadi generasi yang tidak bisa berbicara bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk
membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh bahasa gaul terhadap perilaku
remaja.
1.2
Ruang
Lingkup dan Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja?
2.
Bagaimana
pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja?
1.3
Tujuan dan
Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan bagaimana penggunaan bahasa gaul di kalangan
remaja.
2.
Mendeskripsikan bagaimana pengaruh penggunaan bahasa
gaul terhadap perilaku remaja.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
a)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode
penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang pengaruh bahasa
gaul terhadap perilaku remaja
b)
Dapat
dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat Praktis
a)
Manfaat bagi penulis
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap remaja.
b)
Manfaat bagi tenaga pendidik
Sebagai
referensi untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia,
khususnya dosen di Universitas Jember.
c)
Manfaat bagi pembaca
Untuk
merangsang para pembaca agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Maraknya Penggunaan Bahasa Indonesia yang Tidak Baku
Dikalangan Remaja
Seiring
dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia semakin
terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia
dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas
menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dewasa ini,
masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi
muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan
generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa
Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di
masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa
terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculnya
bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa.
2.1.2
Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan oleh
Bahasa Gaul
Berbahasa
sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini
kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa
Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa
nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan
pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti
pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada
perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa
menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya
penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda
Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda
inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di
masyarakat.
2.1.3
Yang Menyebabkan Punahnya Bahasa Indonesia
Penggunaan
bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang
sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan
berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu
saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang
akan datang.
2.1.4
Beberapa Dampak Positif dan Negatif dari
Penggunaan Bahasa Gaul
Segala
sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu pula dengan bahasa
gaul yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap penggunanya dan
orang lain.
a.
Dampak Positif
Dampak
positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif.
Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita
menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada
situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b. Dampak
Negatif
Penggunaan
bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk
selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan
rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul.
Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga
di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul.
Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa
gaul sebagai komunikasi.
2.1.5 Langkah-langkah
Penanggulangan :
a)
Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang
peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional,
bahasa persatuan dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
b)
Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para
generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus
diutamakan penggunaannya
c)
Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan
Bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Baik film layar lebar
maupun sinetron. Dengan penggunaan Bahasa Indonesia secara benar oleh para
pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat,
masyarakat luas juga akan mengunakan Bahasa Indonesia seperti para idola
mereka.
d)
Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah
dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik
berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain
drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga
dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan
praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa
Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar
baik dan benar.
e)
Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa
Indonesia dilakukan dengan jalur media masssa dan jalur kepemimpinan.
2.1.6 Kesimpulan
1)
Banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul
adalah akibat dari perkembangan zamanyang kian mengalami kamajuan baik dari
dunia pendidikan sampai teknologi.
2)
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat
terutama dikalangan remaja.
3)
Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis
menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering
menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar karena remaja
suka meniru hal-hal yang baru.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Asal-usul Bahasa
Hingga kini belum ada
suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di
permukaan bumi.Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal.
Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial
.Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk
menempatkan lidah secara tepat di berbagi lokasi dalam sistem milik manusia
yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk
menghasilkan ucapan.Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia
lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang
memudahkan komunikasi noverbal. Konon, hewan primata (kera, monyet, gorila dan
sejenisnya) berevolusi sejak kira-kira 70 juta tahun lalu, dimulai dengan hewan
mirip tikus kecil yang hidup sejaman dengan dinosaurus.
Dulu,
nenek moyang kita yang juga disebut Cro Magnon ini tinggal di gua-gua.
Mereka mempunyai sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih tegap,
mungkin karena hidup mereka peuh semangat dan makan makanan yang lebih sehat.
Mereka adalah pemburu dan pengumpul makanan yang berhasil. Ketika mereka belum
mapu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi dengan gambar-gambar yang mereka
buat pada tulang, cadas dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol dan
Perancis Selatan. Mereka menggambarkan bison, rusa kutub dan mamalia
lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama yang dikenal manusia untuk
merekan informasi.
Dalam tahap
perkembangan berikutnya, antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon
mulai menggunakan bahasa lisan.Ini mungkin karena mereka punya struktur
tengkorak, lidah dan kotak suara yang mirip dengan yang kita miliki sekarang.
Kelebihan homo sapiens dari makhluk sebelumnya adalah kemampuan mereka
untuk mengembangkan salah satu jenis tanda yang disebut dengan simbol atau
lambang. Sedangkan makhluk hidup sebelumnya lebih mengandalkan ikon, sinyal
atau indeks dalam komunikasi mereka.Kemampuan berbahasa inilah yang membuat
mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia
sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa,
mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan cara yang keras dan cuaca
yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan.
Sekitar 10.000 tahun
Sebelum Makanan mereka menemukan cara-cara bertani demi kelangsunagn hidup
mereka. Pendek kata, homo sapiens semakin makmur dari abad ke abad,
karena mereka memiliki banyak pengetahuan untuk bertahan hidup dan mengembangan
budaya mereka, yang kemudian mereka wariskan kepada generasi berikutnya. Mereka
tidak hanya menggarap tanah dan beternak tetapi juga mengembangkan teknologi
termasuk penggunaan logam, anyaman.Roda, kereta dan barang tembikar.Mereka juga
punya waktu untuk bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi.Namun
mereka belum dapat menulis.Sementara itu, bahasa pun semakin beraneka
ragam.Cara bicara baru berkembang ketika orang-orang menyebar ke
kawasan-kawasan baru tempat mereka menemukan dan mengatasi problem-problem
baru.Bahasa-bahasa lama pun terus berevolusi dari generasi
ke generasi.
Sekitar
5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan,
sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi paling dini dilakukan bangsa
Sumeria dan bagsa Mesir kuno, lalu juga bangsa Maya dan bangsa Cina yang
mengembangkan sistem tulisan mereka secara independen. Tahun 2000 Sebelum
Masehi, papirus digunakan secara luas di Mesir untuk menyampaikan pesan
tertulis dan merekam informasi. Penyebaran sistem tulisan itu akhirnya sampai
juga ke Yunani.Bangsa Yunanilah yabg kemudian menyempurnakan dan
menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira-kira 500 Sebelum Masehi,
mereka telah menggunakan alfabet ini secara luas. Akhirnya alfabet Yunani itu
diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu disempurnakan lagi.Sistem tulisan
dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga kini.Kita pun memasuki era pada abad
ke 15, yang beberapa abad kemudian disusul oleh era radio, era televisi dan
kini era komputer.Kesemuanya merekam hasil peradaban manusia untuk
disempurnakan lagi oleh generasi-generasi mendatang lewat kemampuan mereka
dalam berbahasa.
2.2.2
Pengertian Bahasa
Secara sederhana,
bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas
di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi
atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan
sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah
sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara
tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap
lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena
setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh
lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu
yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Telah disebutkan bahwa
bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abritrer, produktif,
dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abritrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi.
a)
Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer
artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib,
bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi
makna tertentu.Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang
berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat
abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan
mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan
mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan
kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain,
sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
b)
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat
produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat
dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.Misalnya, menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya
mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata
tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
c)
Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis
berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan
sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja:
fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu
mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama
yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d)
Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa
mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu
digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan
kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran
fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang
digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta.Begitu juga
bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab
Saudi.
e)
Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat
komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa.Yang
dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat,
tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah
secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu
untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu
bersifat manusiawi.
2.2.3
Asal-usul Bahasa Gaul
Sejumlah kata atau
istilah mempunya arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti
yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu, bahasa
Subkultur ini disebut bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot.
Bahasa gaul sebenarnya
sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istila-istilah dalam bahasa gaul itu untuk
merahasiakn obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering digunakan di
luar komunitasnya, lama-lam istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Bahasa
prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa
prokem yang khas Indonesia dan jarang
dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa
prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa
Betawi yang mengalami penyimpangan/pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum
remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Akar
dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Kata prokem sendiri merupakan “bahasa
gaul preman”. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk
berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak
diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara
antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan
angka-angka, penggantian fonem, distrubusi fonem, penambahan awalan,
sisipan, atau akhiran.
Karena
begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mererka itu di berbagai
tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Artinya mereka
yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bini dalam obrolan sehari-hari
sehingga bahasa prokem tidal lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya
coba deh Tanya bokap atau nyokap kita, tahu engga mereka dengan istilah
moakal,mokat, atau bokin. Kalau mereka engga mengerti artinya berarti di masa
mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih
kurang sama dengan dengan preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa
rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering mendengar istilah “bencong”
untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal
1970-an juga, ya hampir beramaan deh dngan bahasa prokem. Pada perkembangannya,
konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan
istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul
yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias engga ada
rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru.
Misalnya untuk sebuah lawakan yang engga lucu, kita bias menyebutnya garing
atau jayus. Ada juga yang menyebut jasjus.Untuk sesuatu yang engga oke, biasa kita
sebut cupu. Jayus dan cupu bias dibilang kosa kata baru.
2.2.4
Pengertian Bahasa Gaul
Menurut
Wikipedia bebas-hasil dari penelusuran situs google mengatakan bahwa bahasa
gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar
yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun
1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa
prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong
dua fonemnya yang paling
akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem terakhir yang tersisa.
Misalnya, kata bapak dipotong
menjadi bap, kemudian disisipi -ok- menjadi bokap.Diperkirakan ragam ini
berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa
gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi
bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Bahasa gaul
atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang
tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau
bahasa. Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti
kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Bahasa prokem ini mengalami pergerseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi
bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu (contohnya, kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul
menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan
kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang
bernama “Kamus Bahasa Gaul” pada tahun 1999.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang digunakan
setiap komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering merujuk pada
bahasa rahasia yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang, seperti kelompok
preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dsb.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan
sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkngan social bahkan
dalam media-media popular seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan
sering pula digunakan dalam bentuk publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk
kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja popular.
Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup
banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat
seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari
etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai
contoh, di Bandung, Jawa Barat. Perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak
mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa sunda.
2.2.5
Ciri-ciri Bahasa Gaul
Berikut ini beberapa ciri dari bahasa gaul :
1)
Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong,
cantik →kece, dia → doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu →
nyokap, cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.
2)
Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja →
aja, sama → ama, memang → emang, dll.
3)
Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung,
hujan → ujan, hilang → ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat →
liat, pahit → pait, tahun → taon, bohong → boong, dll.
4)
Penggantian huruf "a" dengan "e":
benar → bener, cepat → cepet, teman→ temen, cakap → cakep, sebal → sebel,
senang → seneng, putar → puter, seram →serem.
5)
Penggantian diftong "au", "ai"
dengan "o" dan "e": kalau → kalo, sampai → sampe, satai →
sate, gulai → gule, capai → cape, kerbau → kebo, pakai → pake, mau (bukan
diftong) → mo, dll.
6)
Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang
panjang: terima kasih → makasi/trims, bagaimana → gimana, begini → gini, begitu
→ gitu, ini → nih, itu → tuh.
2.2.6
Contoh Bahasa Gaul
Kebanyakan partikel
mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan
oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan
pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
a)
Deh/ dah (Bagaimana kalau ...)
Coba dulu deh.(tidak menggunakan intonasi
pertanyaan) - Bagaimana kalau dicoba dulu?
b)
Dong (Tentu saja ...)
Sudah pasti dong. –
Sudah pasti / Tentu saja.
Mau yang itu dong –
Tentu saja saya mau yang itu.
c)
Eh (Pengganti
subjek, sebutan untuk orang kedua…)
Eh, namamu siapa? -
Bung, namamu siapa?
Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini
sebentar.
Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar,
Bung.
d)
Kan (Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta pendapat/penyetujuan
orang lain (pertanyaan)…)
Bagus kan? - Bagus bukan?
Kan kamu yang bilang? -Bukankah kamu yang
bilang demikian?
Dia kan sebenarnya baik. -Dia sebenarnya
orang baik,bukan?
e)
Kok (Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'…)
Kok kamu terlambat? –
Kenapa kamu terlambat?
f)
Lho/Loh (Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa
digabung dengan kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini
dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi…)
Lho, kok kamu
terlambat? -Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)
Loh, apa-apaan ini! –
Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan ekspresi terkejut/marah).
g)
Nih (Kependekan
dari 'ini'…)
Nih balon yang kamu
minta. -Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu minta.
Nih, saya sudah
selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.
h)
Sih (Karena
...)
Dia serakah sih. - Karena dia serakah.
(dengan ekspresi mencemooh)
Kamu sih datangnya terlambat .- Karena kamu
datangterlambat. (dengan ekspresi menyesal)
i)
Tuh/ tu (Kependekan
dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek…)
Lihat tuh hasil dari
perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.
Tuh orang yang tadi
menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.
j)
Yah(Selalu menyatakan
kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri….)
Yah, Indonesia kalah lagi -Indonesia kalah
lagi (dengan ekspresi kecewa)
Bahasa gaul dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis lagi, ada yang disebut bahasa gaul kaum
selebritis, kaum gay dan lesbian atau kaum waria. Bahasa ini digunakan untuk
memproteksi kelompok mereka dari komunitas lain. Sehingga komunikasi yang
mereka lakukan, hanya kelompok mereka saja yang mengerti.
1) Bahasa kaum selebritis
Perhatikan
kata-kata yang sering digunakan oleh kalangan selebritis dalam bahasa gaul
yaitu:
- Baronang = baru
- Cinewinek = cewek
- Pinergini = pergi
- Ninon tinon = nonton
2) Bahasa gay dan bahasa
waria
Di
negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum
gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci.
Sekelompok mahasiswa saya dari Fikom Unpad, berdasarkan penelitian mereka atas
kaum gay di Bandung menemukan sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya
adalah:
§ Cinakinep = Cakep
§ Duta
= Uang
§ Kemek
= Makan
§ Linak
= Laki-laki
§ Maharani = Mahal
§ Jinelinek
= Jelek
3)
Bahasa kaum waria
Bahasa adalah sebagian
dari bahasa gaul yang dianut sebuah komunitas banci (waria), seperti yang
diperoleh sekelompok mahasiswa berdasarkan wawancara dengan seorang waria.
- Akika/ike = aku
- Bis kota = besar
- Cakra = ganteng
- Cucux = cakep/keren
- Diana = dia
- Inang = Iya
2.2.7
Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to
grow atau to grow maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997),
masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990)
membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan
masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan
akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja juga terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa
kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai.
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis
misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa
antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
2.2.8
Perilaku Remaja
Merujuk pada
tulisan Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai karakteristik
perilaku dan pribadi masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok
yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20
tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas,
keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja
Awal
(11-13 Th
s.d.14-15 Th)
|
Remaja
Akhir
(14-16
Th.s.d.18-20 Th)
|
Fisik
|
|
Laju perkembangan secara umum
berlangsung pesat.
|
Laju
perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat.
|
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan sering- kali kurang seimbang.
|
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa.
|
Munculnya ciri-ciri sekunder
(tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian –bagian
tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi
pada wanita dan day dreaming pada laki-laki.
|
Siap berfungsinya organ – organ
reproduktif seperti pada orang dewasa.
|
Psikomotor
|
|
Gerak – gerik tampak canggung dan
kurang terkoordinasikan.
|
Gerak gerik mulai mantap.
|
Aktif dalam berbagai jenis cabang
permainan.
|
Jenis dan jumlah cabang permainan
lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang
menunjang kepada persiapan kerja. |
Bahasa
|
|
Berkembangnya penggunaan bahasa
sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
|
Lebih memantapkan diri pada bahasa
asing tertentu yang dipilihnya.
|
Menggemari literatur yang bernafaskan
dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik.
|
Menggemari literatur yang
bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis,
religius. |
Perilaku
Kognitif
|
|
Proses
berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,
diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif
terbatas. |
Sudah
mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat
generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif.
|
Kecakapan
dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
|
Tercapainya
titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat
(usia 50-60) menjadi deklinasi. |
Kecakapan
dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih
jelas.
|
Kecenderungan
bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya
|
Perilaku
Sosial
|
|
Diawali
dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul
dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
|
Bergaul
dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman
dekat).
|
Adanya
kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas
yang tinggi. |
Kebergantungan
kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat
pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.
|
Moralitas
|
|
Adanya
ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan
kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
|
Sudah
dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal
dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.
|
Dengan
sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau
sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para
pendukungnya.
|
Sudah
berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau
sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya.
|
Mengidentifikasi
dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
|
Mulai
dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan nya mana yang harus
dirundingkan
dengan orang tuanya. |
Perilaku
Keagamaan
|
|
Mengenai
eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara
kritis dan skeptis.
|
Eksistensi
dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut
sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.
|
Penghayatan
kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam
tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
|
Penghayatan
kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan
pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
|
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup
|
Mulai
menemukan pegangan hidup
|
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
|
|
Lima
kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan
aktualisasi diri)
mulai menunjukkan arah kecenderungannya |
Sudah
menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar
kepribadiannya.
|
Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan
marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti
dalam yang cepat
|
Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosionalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai
dirinya.
|
Kecenderungan-kecenderungan
arah sikap nilai mulai tampak teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis,
dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
|
Kecenderungan
titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan
ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau
pendidikanlanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe
kepribadiannya.
|
Merupakan
masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi psiko sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
|
Kalau
kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan
ditemukan
identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa. |
2.2.9
Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
a) Dampak
Positif
Dampak
positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif.
Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita
menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada
situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b) Dampak Negatif
1)
Segi ekonomi
Bahasa gaul
ditawarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat modern yang mempunyai ciri agar gaya
hidup meningkat, akan tetapi bagi kelompok sosial yang mudah dibentuk oleh
pasar akan terjadi kontraksi antara nilai tradisional dan masyarakat modern.
Sehingga menggiring kaum muda untuk tidak hemat pada pola hidup yang sederhana.
Apabila sikap ini bila dipupuk akan menimbulkan masalah sosial besar. Bagi yang
mengkonsumsi bahasa gaul maka mempengaruhi pola hidup yang serba gemerlap. Bila
remaja yang tingkat sosialnya rendah bisa jadi timbul rasa prustasi, secara
psikologis menimbulkan akibat yang buruk karena bahasa gaul sering digunakan
para remaja modern yang tingkat sosialnya tinggi.
Dengan
adanya bahasa gaul akan mempengaruhi perilaku remaja, untuk itu remaja dididik
untuk mengkonsumsi barang-barang tertentu sebagai indikator bahwa mereka adalah
bagian dari remaja gaul tadi, remaja berkeinginan untuk memiliki barang-barang
yang baru sedangkan yang alama dianggap sudah ketinggala jaman dan remaja
merasa rendah apabila bertemu atau berkomunikasi dengan teman-temannya karena
bahasa atau barang-barangnya tidak gaul.
2)
Segi norma susila
Salah satu
gejala negatif bahasa gaul mempunyai dampak pada prilaku yang tidak baik bila
digunakan pada orang yang lebih tua (orang tua). Untuk itu bahasa gaul kurang baik karena keluar dari tatanan norma sopan
santun.
3)
Segi norma agama
Karena ingin
disebut tren sehingga sering kali membuat orang lepas dari etika moral bahkan
lepas dari nilai agama, sehingga bila sering menggunakan bahasa gaul maka akan
terpengaruh dengan berpakaian gaul (ketat, transparan atau buka-bukaan) padahal
memperlihatkan aurot dalam agama kita dianggap primitif, bahkan berpengaruh
pada pacaran yang sama-sama gaul (kelompok konsumsi bahasa gaul). Bahkan akan
lebih gawat apabila mengarah pada hubungan sek diluar nikah karena sudah saling
menyenangi/kecocokan dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa gaul.
Dengan
adanya majalah-majalah, telebisi, serta musik yang merupakan media informasi
yang sehari-hari dapat diperoleh oleh para remaja akan cepat tersebarnya bahasa
gaul, apalagi dalam media ini ditampilkan tokoh-tokoh yang terkenal yang
menjadi idola para remaja tersebut.
4)
Segi budaya
Bahasa gaul
memang menambah kasanah budaya bangsa kita, akan tetapi apabila bahasa tersebut
kurang terkontrol maka akan mengakibatkan penambahan budaya yang norak,
kebarat-baratan, imitasi yang menimbulkan modernisasi yang tidak benar.
2.3
Kerangka Berpikir
Asal-usul Bahasa
|
Pengertian Bahasa
|
Bahasa Gaul
|
Remaja
|
Dampak Positif dan
Negatif
|
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian
tentang Pengaruh
Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja ini berkaitan dengan suatu gejala
kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari
lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog antartokoh dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan oleh karena data yang terkumpul
dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini
sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan bahwa penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan dalam bukan
dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif.
3.2
Subjek Penelitian
Berkaitan
dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja dialog
antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut meliputi pola bentuk
morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari
penelitian ini adalah anak-anak remaja di kota Jember ketika berdialog.
3.3
Data Penelitian dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan
dalam berkomunikasi antar satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data
dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai teknik
utama. Observasi dilakukan dengan cara mendengar-mencatat, yaitu peneliti
mencatat data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya,
(3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan bicaranya.
Melalui
teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka
akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang
diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya
pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat
berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan dua macam
analisis data, yaitu sebagai berikut:
1)
Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam pada kalangan
remaja. Pemakaian bahasa gaul tersebut meliputi :
· Bahasa yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari
2)
Pengklasifikasian karakteristik perilaku remaja, yang
meliputi :
·
Fisik
·
Psikomotor
·
Bahasa
·
Perilaku Kognitif
·
Perilaku Sosial
·
Moralitas
·
Perilaku Keagamaan
·
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, Ponco. 2013. Modul Ilmu
Komunikasi. Jakarta: FEUNJ.
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html,diakses
pada tanggal 11 April 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem_Indonesia, diakses
pada tanggal 11 April 2015.
http://klitihengineering.blogspot.com/2012/06/dampak-bahasa-gaul.html,diakses
pada tanggal 11 April 2015.
http://ekorizalsaputra.wordpress.com/2012/11/24/makalah-penggunaan-bahasa-gaul-di-kalangan-remaja/, diakses
pada tanggal 11 April 2015.
http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/, diakses
pada tanggal 11 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar